Pencapaian target nol emisi menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam upaya untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan, inovasi teknologi baru terus diperkenalkan.
Salah satu teknologi yang menarik perhatian adalah Concrete Canvas, sebuah bahan konstruksi yang dapat memainkan peran penting dalam upaya mencapai target nol emisi di Indonesia.
Concrete Canvas adalah sebuah inovasi dalam dunia konstruksi yang menggabungkan konsep beton dengan kemudahan pemasangannya. Secara harfiah, Concrete Canvas merupakan beton dalam bentuk gulungan yang difabrikasi dengan menggunakan semen berformulasi khusus yang membuatnya dapat mengeras dalam 24 jam setelah disiram air.
Proses penerapannya relatif sederhana, di mana lembaran Concrete Canvas dipasang di area yang diinginkan, kemudian dibasahi untuk mengaktifkan reaksi kimia yang akan mengeraskan material ini menjadi struktur padat berbentuk beton.
Penggunaan Concrete Canvas untuk Mencapai Target Nol Emisi
Salah satu keuntungan besar dari Concrete Canvas adalah cara pengaplikasiannya yang minim emisi. Proses pemasangan yang relatif cepat dan penggunaan sumber daya yang lebih sedikit dalam perbandingan dengan metode konstruksi konvensional mengurangi jejak karbon secara signifikan. Hal ini sesuai dengan tujuan Indonesia untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca dalam upayanya mencapai target nol emisi.
Selain dari pengaplikasiannya yang mudah memiliki sifat tahan terhadap cuaca ekstrem, korosi, dan perubahan suhu, sehingga dapat digunakan dalam berbagai proyek infrastruktur seperti tanggul, saluran air, dan lereng jalan. Dengan memanfaatkan bahan yang tahan lama, Indonesia dapat mengurangi kebutuhan untuk mengganti infrastruktur secara teratur, yang pada akhirnya mengurangi konsumsi sumber daya dan limbah konstruksi.
Industri pertambangan sering meninggalkan lanskap yang terganggu dan tidak produktif. Concrete Canvas dapat digunakan untuk mereklamasi lahan pasca tambang dengan mengubahnya menjadi area yang lebih produktif. Hal ini akan membantu mengembalikan lingkungan yang rusak akibat aktivitas pertambangan.
Diluar penggunaan dan pengaplikasiannya, Lapisan permukaan atas Concrete Canvas yang berserat merupakan permukaan yang sempurna untuk pertumbuhan lumut dan alga, khususnya pada aplikasi pelapis saluran yang permukaannya umumnya lembab dan memberikan kondisi sempurna untuk pertumbuhan. Hal ini tidak hanya menghasilkan material yang ‘menghijau’ seiring waktu agar terlihat lebih alami, namun secara teoritis dapat membantu menyeimbangkan dampak karbon CC. Studi yang dilakukan di Max Planck Institute menemukan bahwa alga, lumut, dan lumut kerak menyerap sekitar 14 miliar ton CO2 dan mengikat sekitar 50 juta ton nitrogen setiap tahun.
Penggunaan Concrete Canvas memiliki potensi besar dalam membantu Indonesia mencapai target nol emisi. Dengan sifatnya yang ramah lingkungan, tahan lama, dan fleksibel, teknologi ini dapat diaplikasikan dalam berbagai proyek yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan upaya mitigasi perubahan iklim. Dengan memanfaatkan inovasi seperti Concrete Canvas, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.